mcent

Selasa, 26 April 2011

Mengukur Ketampanan Dari Jari Manis? Silakan Coba!

Ada pendapat yang mengatakan, semakin panjang jari manis seorang pria, semakin besar pula pesonanya yang mampu menarik perhatian para wanita. Ternyata ini bukan sembarang mitos. ilmuwan telah membuktikan secara ilmiah.
Untuk studi ilmiah ini, Camille Ferdenzi dari University of Geneva, meminta 80 wanita yang berusia antara 18 hingga 34 tahun untuk melihat dan menilai 49 buah foto pria. Setiap wanita kemudian dimintai penilaian yang berkaitan dengan sifat maskulin dan ketampanan dari para pria yang ada dalam foto tersebut. Ferdenzi juga mengajak sebuah grup wanita yang jumlahnya lebih kecil untuk mendengar suara pria dan mencium aroma tubuh (yang sudah ditempatkan pada kapas).
"Kami ingin tahu apa yang membuat seorang pria begitu menarik," kata Ferdenzi. "Adakah hubungannya dengan kondisi lingkungan janin?" Hasilnya? Semakin panjang jari manis ketika dibandingkan dengan jari telunjuk, khususnya di tangan kanan, semakin besar pula kemungkinan pria itu dianggap menarik oleh para wanita yang terlibat dalam studi.
Perbandingan antara jari manis dan jari telunjuk tersebut berhubungan dengan terpajannya (expose) janin terhadap testosteron. Semakin besar perbedaannya, semakin banyak janin terekspos testosteron. "Kami juga mendapati ketampanan berhubungan dengan simetri pada wajah," kata Ferdenzi.
Para ilmuwan mendapati kalau pilihan para wanita bisa berbeda ketika diminta menilai berdasarkan bau badan dan suara. "Hubungan bau badan, suara, dan panjang jari manis tidak berhubungan langsung. Kemungkinan, karena bau badan dan suara diakibatkan testosteron saat dewasa, bukan sebelum kelahiran," Ferdenzi menjelaskan.
Penelitian yang menyelidiki panjang jari bukan hanya kali ini. Panjang jari berhubungan dengan kemungkinan seseorang terkena penyakit, termasuk kanker prostat. Penyakit itu juga dikenal berhubungan dengan testosteron. Jumlah pajanan hormon sebelum kelahiran juga menentukan kemungkinan seseorang terkena berbagai penyakit, seperti kanker payudara dan osteoartritis.
(Alex Pangestu/Discovery News);sumber:National Geographic Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar