Beberapa biksu ketahuan gemar berjudi dengan taruhan besar, mabuk dan merokok setelah cuplikan video rahasianya ditayangkan jaringan TV di Korea. Enam pemimpin dari orde Buddha terbesar di Korea Selatan ini pun keluar.
Skandal perbuatan dosa para biksu ini meletup beberapa hari sebelum hari libur nasional Korea, yang merayakan kelahiran Sang Buddha, hari paling suci dalam kalender keagamaan mereka. Pemimpin orde Jogye, yang memiliki sekitar 10 juta penganut, atau sekitar seperlima dari jumlah populasi penduduk Korea Selatan, membuat permintaan maaf terbuka kepada publik, dan mengakui "pertobatan-diri".
Jaringan TV Korea menayangkan rekaman adegan sejumlah biksu yang bermain poker, merokok, dan minum minuman keras, setelah mereka berkumpul di sebuah hotel mewah di sisi danau pada akhir bulan April lalu, saat mengikuti layanan memorial.
Yang mencengangkan adalah, mereka membuat taruhan yang besar saat berjudi. "Taruhannya selama 13 jam bermain kartu lebih dari 1 miliar won (US$ 875 ribu)," kata Seongho, seorang biksu senior, kepada Reuters Jumat, 11 Mei 2012. Dia telah melaporkan insiden judi itu kepada para jaksa.
Judi di luar kasino-kasino yang terdaftar dan judi balap kuda adalah termasuk kegiatan ilegal di Korea Selatan dan sangat diharamkan oleh para pemimpin agama.
"Pada dasarnya, ajaran Buddha mengatakan jangan mencuri. Lihat apa yang mereka perbuat, mereka menyalahgunakan uang dari umat untuk berjudi," kata Seongho.
Perilaku para biarawan yang seharusnya menjaga diri dari perbuatan dosa itu telah menyebabkan media-media Korea Selatan berspekulasi ihwal terbelahnya otoritas dalam orde itu. Yang pasti, Seongho mendapatkan peranti penyimpan yang berisi sebuah klip video dari kamera tersembunyi di hotel mewah tempat pesta itu. Seongho tak akan menyebutkan siapa dan darimana sumbernya karena ada ancaman terhadap dirinya baru-baru ini.
Reuters; Dwi A,Op;foto:aksi biksu saat sedang unjuk rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar