Pemutaran film Balibo dalam ajang Jakarta Internasional Film Festival ke-11 dilarang oleh Lembaga Sensor Film (LSF). Film kontroversial tentang pembunuhan lima wartawan asing oleh tentara Indonesia itu, dikhawatirkan akan membuat renggang hubungan Indonesia dengan Australia. Sebagaimana diketahui, lima wartawan asal Australia, Selandia Baru, dan Inggris, tewas saat tengah meliput masuknya tentara Indonesia ke Timor Leste. Pengadilan Koroner New South Wales menyatakan kelima wartawan dibunuh tentara Indonesia. Namun, Pemerintah Indonesia berpendapat lain. Tewasnya wartawan asing itu karena terjebak di medan peperangan.
Balibo bukanlah film pertama yang dilarang dalam ajang JIFFest. Tiga tahun lalu ada lima film yang dilarang penayangannya oleh LSF. Tiga di antaranya film dokumenter tentang Timor Timur, satu tentang bom bali, dan satu lagi film animasi Iran. Lembaga Sensor Film (LSF) melarang diputarnya film Balibo Five di Indonesia. Langkah LSF ini terus mendapat kritik keras dari sejumlah pihak. Pasalnya, apa yang dilakukan LSF sama saja menghalangi rakyat mendapatkan informasi.
Tokoh pers senior Leo Batubara menilai rakyat tidak perlu lagi dilarang-larang untuk mendapatkan haknya. Menurut Leo, Indonesia dan TNI khususnya tidak perlu khawatir dengan kehadiran film yang menceritakan lima orang jurnalis ketika bertugas di Timor Timur. Sebab, masyarakat Indonesia sudah bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah.
Sementara itu Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyetujui langkah lembaga sensor film (LSF) melarang pemutaran film Balibo di Indonesia. TNI beralasan, kasus tewasnya lima wartawan asing di Timor Leste sudah berakhir di meja pengadilan. Menurut Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tambun, film yang sedianya diputar perdana di Jakarta Foreign Correspondent Club itu akan kembali merenggangkan hubungan diplomatik antara Indonesia-Australia juga Indonesia-Timor Leste. "Kalau diputar bisa menimbulkan ketegangan baru," ujarnya.
Sementara menurut anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya, pihaknya akan selalu mendorong setiap tindakan LSF dalam konteks pelarangan film yang dapat menyinggung kedaulatan negara. "Ini sensitif. Kami juga mendukung pelarangan film oleh LSF yang menyinggung isu-isu SARA dalam konteks berbangsa dan bernegara," ujar Tantowi.
Film Balibo Five diangkat dari kisah terbunuhnya lima wartawan asing di Balibo, wilayah perbatasan di Timor Timur (kini Timor Leste) pada 1975. Lima wartawan asal Australia, Selandia Baru, dan Inggris itu tewas saat meliput masuknya tentara Indonesia ke Timor Leste. Berdasarkan hasil investigasi, pengadilan koroner New South Wales menyatakan kelima wartawan dibunuh tentara Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia berpendapat lain. Tewasnya wartawan asing itu karena terjebak di medan peperangan.
sumber:news.okezone.com
Tokoh pers senior Leo Batubara menilai rakyat tidak perlu lagi dilarang-larang untuk mendapatkan haknya. Menurut Leo, Indonesia dan TNI khususnya tidak perlu khawatir dengan kehadiran film yang menceritakan lima orang jurnalis ketika bertugas di Timor Timur. Sebab, masyarakat Indonesia sudah bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah.
Sementara itu Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyetujui langkah lembaga sensor film (LSF) melarang pemutaran film Balibo di Indonesia. TNI beralasan, kasus tewasnya lima wartawan asing di Timor Leste sudah berakhir di meja pengadilan. Menurut Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tambun, film yang sedianya diputar perdana di Jakarta Foreign Correspondent Club itu akan kembali merenggangkan hubungan diplomatik antara Indonesia-Australia juga Indonesia-Timor Leste. "Kalau diputar bisa menimbulkan ketegangan baru," ujarnya.
Sementara menurut anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya, pihaknya akan selalu mendorong setiap tindakan LSF dalam konteks pelarangan film yang dapat menyinggung kedaulatan negara. "Ini sensitif. Kami juga mendukung pelarangan film oleh LSF yang menyinggung isu-isu SARA dalam konteks berbangsa dan bernegara," ujar Tantowi.
Film Balibo Five diangkat dari kisah terbunuhnya lima wartawan asing di Balibo, wilayah perbatasan di Timor Timur (kini Timor Leste) pada 1975. Lima wartawan asal Australia, Selandia Baru, dan Inggris itu tewas saat meliput masuknya tentara Indonesia ke Timor Leste. Berdasarkan hasil investigasi, pengadilan koroner New South Wales menyatakan kelima wartawan dibunuh tentara Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia berpendapat lain. Tewasnya wartawan asing itu karena terjebak di medan peperangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar