Waktu saya sedang asyik menjelajah internet untuk mencari tahu tentang tempat-tempat wisata yang bagus di Indonesia lewat situs indonesia.travel, ternyata Indonesia memiliki banyak sekali tempat-tempat wisata yang indah dan membanggakan. Setelah membaca banyak info tentang tempat-tempat wisata dari indonesia.travel, pandangan saya terpaku ketika saya membuka halaman tentang DKI Jakarta, kota yang saya tinggali sekarang ini. Saya sangat terpesona begitu melihat gambar Monumen Nasional (Monas) yang disajikan di situs indonesia.travel. Jujur, saya baru sekali mengunjungi Monas dan itupun sewaktu saya masih kecil. Selesai browsing, saya langsung mematikan dan menutup laptop kemudian menghubungi keluarga untuk mengajak mereka berwisata murah ke Monas.
Tanpa saya sangka, ternyata beberapa saudara saya juga antusias ingin mengunjungi Monas. Akhirnya rencana pun diwujudkan. Kami berangkat ke Monas dengan menggunakan fasilitas transportasi bus TransJakarta (Busway). Sekedar info, TransJakarta atau Busway adalah sebuah sistem transportasi bus cepat yang disediakan Pemerintah DKI Jakarta. Dengan membayar tiket TransJakarta seharga Rp3.500,- per orang, kami pun berangkat berwisata ke Monas.
Sesampainya di kawasan Monas, ternyata banyak sekali pengunjung yang juga ingin menikmati indahnya berwisata ke Monas. Bahkan banyak juga para turis asing yang berkunjung kesini. Mereka juga antusias ingin melihat secara langsung tugu Monas yang konon disebut sebagai simbol Provinsi DKI Jakarta ini. Dari yang saya lihat, ternyata kawasan di sekitar Monas merupakan salah satu kawasan di Jakarta yang istilahnya 'Go Green' dengan taman yang ditumbuhi banyak pepohonan sehingga berkesan hijau, nyaman dan rindang.
Selain taman yang tertata rapi dan bersih, di sekitar tugu Monas juga terdapat kolam-kolam besar, air mancur dan tumbuhan bunga-bunga yang cantik menghiasi hampir seluruh pelataran Monas. Kolam air mancur yang terdapat di taman Monas ini dikenal dengan nama Air Mancur Menari karena pada malam hari memang diadakan pertunjukan air mancur menari yang sangat menarik untuk dilihat. Dalam pertunjukan ini, air mancur akan bergerak dengan liukan yang indah sesuai alunan lagu yang dimainkan. Selain itu ada juga pertunjukan laser berwarna-warni pada air mancur ini.
Di taman Monas ini selain bisa menghirup udara segar, kita juga bisa berolahraga atau berjalan-jalan santai ataupun bersepeda di kawasan ini. Tak sabar ingin menikmati tugu Monas dan melihat museum di dalamnya, kami pun membeli tiket masuk dengan melalui pintu masuk di sekitar patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, yang terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Kami pun melewati lorong bawah tanah. Harga tiket untuk masuk ke dalam bangunan Monas ini menurut saya tak terlalu mahal dan masih bisa dijangkau masyarakat.
Tiket pengunjung untuk mencapai pelataran cawan seharga Rp1.000,-/orang untuk anak-anak, dan Rp2.500,-/orang untuk dewasa. Sedangkan bagi pengunjung yang ingin mencapai punak Monas, harga tiketnya adalah Rp3.500/orang untuk anak-anak, dan Rp7.500,-/orang untuk dewasa. Saya dan keluarga pun memutuskan untuk berwisata hingga ke puncak Monas.
Sebelum naik ke puncak Monas, saya menuju ke dalam Museum Sejarah Nasional yang terletak di bagian dasar monumen pada kedalaman sekitar 3 meter di bawah permukaan tanah. Ruangan di dalam museum ini berukuran kira-kira 80x80 meter, tinggi 8 meter dan berlapis marmer. Di ruangan ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga total diorama berjumlah 51 buah. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru termasuk masa G30S PKI.
Selain ruang museum, di dalam bangunan Monas ini juga terdapat ruang yang menyimpan simbol-simbol kemerdekaan Indonesia yang bernilai sejarah tinggi, diantaranya naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia lengkap dengan suara asli sang proklamator yang dibingkai dengan gapura emas dihiasi ukiran bunga wijaya kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga teratai yang melambangkan kesucian.
Usai menikmati ruang-ruang di dalam bangunan Monas, saya dan keluarga pun mengantri untuk naik lift menuju puncak tugu Monas yang tingginya sekitar 132 meter (433 kaki). Kami mengantri cukup lama, sekitar 2 jam, karena memang banyak sekali pengunjung yang antusias ingin menikmati puncak Monas. Sesampainya di puncak Monas, saya bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari atas sini. Pelataran puncak Monas ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Hembusan angin yang terasa segar menemani saya menikmati pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi ibukota negara ini.
Sekedar informasi lagi, tugu Monas ini didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintah Belanda. Pembangunan tugu atau Monumen Nasional ini dimulai pada tahun 1961 di bawah perintah presiden Sukarno pada saat itu. Monumen ini dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Pada bagian puncaknya, tugu Monas ini dihiasi dengan mahkota lidah api yang dilapisi lembaran emas, melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.
Perancangan tugu Monas ini didasarkan pada konsep Lingga dan Yoni. Tugu Monas yang menjulang tinggi adalah Lingga yang melambangkan laki-laki yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sedangkan pelataran cawan adalah Yoni yang melambangkan perempuan, yang bersifat pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari. Lingga dan Yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sejak masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Tugu Monas ini dilapisi marmer dari Italia.
Puas menikmati puncak Monas, kami pun kembali ke bawah dengan lift yang tadi mengantar kami ke atas. Sesampainya di kawasan taman Monas lagi, rasa lapar sepertinya mulai menyerang. Saya dan keluarga pun menikmati santapan masakan rumah yang sengaja kami bawa untuk dimakan di sini sambil memandangi indahnya tugu Monas. Ternyata keindahan Monas yang saya lihat di situs indonesia.travel, benar-benar bisa saya rasakan disini.
Usai makan, saya dan keluarga pun menikmati fasilitas kereta wisata di kawasan Monas ini. Kereta wisata ini bisa dinikmati secara gratis untuk berkeliling menikmati pemandangan sekitar tugu Monas. Kereta wisata yang disebut juga kereta antar jemput ini akan berhenti di pintu masuk Monas. Oya, penjualan tiket masuk ke Monas ini dimulai pukul 08.30 WIB dan tutup pada pukul 15.00 WIB. Jadi, jika ingin berwisata murah di kota Jakarta yang katanya serba mahal ini, Monas bisa menjadi salah satu pilihan untuk anda dan keluarga. So, datang dan nikmatilah indahnya Monas.
Sesampainya di kawasan Monas, ternyata banyak sekali pengunjung yang juga ingin menikmati indahnya berwisata ke Monas. Bahkan banyak juga para turis asing yang berkunjung kesini. Mereka juga antusias ingin melihat secara langsung tugu Monas yang konon disebut sebagai simbol Provinsi DKI Jakarta ini. Dari yang saya lihat, ternyata kawasan di sekitar Monas merupakan salah satu kawasan di Jakarta yang istilahnya 'Go Green' dengan taman yang ditumbuhi banyak pepohonan sehingga berkesan hijau, nyaman dan rindang.
Selain taman yang tertata rapi dan bersih, di sekitar tugu Monas juga terdapat kolam-kolam besar, air mancur dan tumbuhan bunga-bunga yang cantik menghiasi hampir seluruh pelataran Monas. Kolam air mancur yang terdapat di taman Monas ini dikenal dengan nama Air Mancur Menari karena pada malam hari memang diadakan pertunjukan air mancur menari yang sangat menarik untuk dilihat. Dalam pertunjukan ini, air mancur akan bergerak dengan liukan yang indah sesuai alunan lagu yang dimainkan. Selain itu ada juga pertunjukan laser berwarna-warni pada air mancur ini.
Di taman Monas ini selain bisa menghirup udara segar, kita juga bisa berolahraga atau berjalan-jalan santai ataupun bersepeda di kawasan ini. Tak sabar ingin menikmati tugu Monas dan melihat museum di dalamnya, kami pun membeli tiket masuk dengan melalui pintu masuk di sekitar patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, yang terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Kami pun melewati lorong bawah tanah. Harga tiket untuk masuk ke dalam bangunan Monas ini menurut saya tak terlalu mahal dan masih bisa dijangkau masyarakat.
Tiket pengunjung untuk mencapai pelataran cawan seharga Rp1.000,-/orang untuk anak-anak, dan Rp2.500,-/orang untuk dewasa. Sedangkan bagi pengunjung yang ingin mencapai punak Monas, harga tiketnya adalah Rp3.500/orang untuk anak-anak, dan Rp7.500,-/orang untuk dewasa. Saya dan keluarga pun memutuskan untuk berwisata hingga ke puncak Monas.
Sebelum naik ke puncak Monas, saya menuju ke dalam Museum Sejarah Nasional yang terletak di bagian dasar monumen pada kedalaman sekitar 3 meter di bawah permukaan tanah. Ruangan di dalam museum ini berukuran kira-kira 80x80 meter, tinggi 8 meter dan berlapis marmer. Di ruangan ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga total diorama berjumlah 51 buah. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru termasuk masa G30S PKI.
Selain ruang museum, di dalam bangunan Monas ini juga terdapat ruang yang menyimpan simbol-simbol kemerdekaan Indonesia yang bernilai sejarah tinggi, diantaranya naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia lengkap dengan suara asli sang proklamator yang dibingkai dengan gapura emas dihiasi ukiran bunga wijaya kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga teratai yang melambangkan kesucian.
Usai menikmati ruang-ruang di dalam bangunan Monas, saya dan keluarga pun mengantri untuk naik lift menuju puncak tugu Monas yang tingginya sekitar 132 meter (433 kaki). Kami mengantri cukup lama, sekitar 2 jam, karena memang banyak sekali pengunjung yang antusias ingin menikmati puncak Monas. Sesampainya di puncak Monas, saya bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari atas sini. Pelataran puncak Monas ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Hembusan angin yang terasa segar menemani saya menikmati pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi ibukota negara ini.
Sekedar informasi lagi, tugu Monas ini didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintah Belanda. Pembangunan tugu atau Monumen Nasional ini dimulai pada tahun 1961 di bawah perintah presiden Sukarno pada saat itu. Monumen ini dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Pada bagian puncaknya, tugu Monas ini dihiasi dengan mahkota lidah api yang dilapisi lembaran emas, melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.
Perancangan tugu Monas ini didasarkan pada konsep Lingga dan Yoni. Tugu Monas yang menjulang tinggi adalah Lingga yang melambangkan laki-laki yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sedangkan pelataran cawan adalah Yoni yang melambangkan perempuan, yang bersifat pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari. Lingga dan Yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sejak masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Tugu Monas ini dilapisi marmer dari Italia.
Puas menikmati puncak Monas, kami pun kembali ke bawah dengan lift yang tadi mengantar kami ke atas. Sesampainya di kawasan taman Monas lagi, rasa lapar sepertinya mulai menyerang. Saya dan keluarga pun menikmati santapan masakan rumah yang sengaja kami bawa untuk dimakan di sini sambil memandangi indahnya tugu Monas. Ternyata keindahan Monas yang saya lihat di situs indonesia.travel, benar-benar bisa saya rasakan disini.
Usai makan, saya dan keluarga pun menikmati fasilitas kereta wisata di kawasan Monas ini. Kereta wisata ini bisa dinikmati secara gratis untuk berkeliling menikmati pemandangan sekitar tugu Monas. Kereta wisata yang disebut juga kereta antar jemput ini akan berhenti di pintu masuk Monas. Oya, penjualan tiket masuk ke Monas ini dimulai pukul 08.30 WIB dan tutup pada pukul 15.00 WIB. Jadi, jika ingin berwisata murah di kota Jakarta yang katanya serba mahal ini, Monas bisa menjadi salah satu pilihan untuk anda dan keluarga. So, datang dan nikmatilah indahnya Monas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar