Jumlah korban tewas akibat banjir bandang sejak Senin, tanggal 4 Oktober 2010, di Wasior, Papua Barat terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Kamis sore ini, tanggal 7 Oktober 2010, jumlah korban jiwa banjir Bandang yang tewas sebanyak 97 orang meninggal dunia. Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah karena proses evakuasi masih terus dilakukan.
Pada Kamis siang, petugas dari tim SAR menemukan dua korban meninggal dunia akibat banjir bandang di Wasior, Papua yang ditemukan di sekitar Puskesmas dan daerah pantai, Kabupaten Teluk Wondama, Wasior, Papua Barat. "Hingga saat ini petugas masih terus melakukan pencarian korban secara intensif, pencarian memang sedikit terkendala karena peralatan yang masih minim," ujar Direktur Perbaikan Darurat BNPB Untung Sarosa, Kamis (7/10/2010). Sementara itu 66 orang dinyatakan hilang, dan sebanyak 837 orang luka-luka.
Tim medis sendiri hingga saat ini masih berupaya melayani masyarakat yang datang ke Bandara. Sementara TNI Angkatan Laut juga mengerahkan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kalakay-818 untuk membantu korban banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur itu sudah merapat di Wasior, sejak Rabu (6/10/2010).
Menurut informasi dari Komando Armada RI Kawasan Timur, kapal itu mengangkut personel tim kesehatan dari Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Manokwari, satu peleton Komando Intai Para-Amfibi TNI-AD, empat personel RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia), lima anggota Pramuka, tiga wartawan, dan seorang pejabat Pemkab Teluk Wondama. Kapal itu juga mengangkut alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum setempat, yang akan digunakan untuk membantu pembersihan puing-puing bangunan yang hancur diterjang banjir bandang.
Di luar negeri, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Rodham Clinton, menyampaikan keprihatinan terhadap banjir di Papua Barat yang sudah menewaskan hampir ratusan orang. "Atas nama rakyat Amerika Serikat, kami menyampaikan simpati mendalam terhadap kerusakan dan jatuhnya korban jiwa akibat banjir dan longsor di Indonesia bagian timur, terutama di provinsi Papua Barat," kata Hillary dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri di Washington, Rabu, tanggal 6 Oktober 2010.
Menurut laporan media, ketika banjir bandang terjadi, korban-korban yang meninggal diperkirakan kehilangan nyawa mereka karena tenggelam dan terseret arus, yang juga membawa kayu gelondongan serta bebatuan dari telaga di atas gunung. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengirimkan tiga tenda peleton, 80 tenda keluarga, 200 lembar tenda gulung, 60 tempat tidur darurat, 500 paket pakaian, 150 paket perlengkapan bayi dan anak, 100 lembar tikar, 2.250 paket makanan siap saji dan 2.500 kilogram obat-obat dari Kementerian Kesehatan ke berbagai lokasi penanggulangan bencana.
Banjir bandang telah melumpuhkan Wasior secara total sehingga pencarian dan bantuan bagi para korban dilakukan melalui jalur laut. Akses terhadap wilayah tersebut melalui jalur transportasi darat dan udara terputus, demikian pula dengan saluran komunikasi dan pasokan listrik ke lokasi bencana.
Tim medis sendiri hingga saat ini masih berupaya melayani masyarakat yang datang ke Bandara. Sementara TNI Angkatan Laut juga mengerahkan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kalakay-818 untuk membantu korban banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur itu sudah merapat di Wasior, sejak Rabu (6/10/2010).
Menurut informasi dari Komando Armada RI Kawasan Timur, kapal itu mengangkut personel tim kesehatan dari Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Manokwari, satu peleton Komando Intai Para-Amfibi TNI-AD, empat personel RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia), lima anggota Pramuka, tiga wartawan, dan seorang pejabat Pemkab Teluk Wondama. Kapal itu juga mengangkut alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum setempat, yang akan digunakan untuk membantu pembersihan puing-puing bangunan yang hancur diterjang banjir bandang.
Di luar negeri, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Rodham Clinton, menyampaikan keprihatinan terhadap banjir di Papua Barat yang sudah menewaskan hampir ratusan orang. "Atas nama rakyat Amerika Serikat, kami menyampaikan simpati mendalam terhadap kerusakan dan jatuhnya korban jiwa akibat banjir dan longsor di Indonesia bagian timur, terutama di provinsi Papua Barat," kata Hillary dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri di Washington, Rabu, tanggal 6 Oktober 2010.
Menurut laporan media, ketika banjir bandang terjadi, korban-korban yang meninggal diperkirakan kehilangan nyawa mereka karena tenggelam dan terseret arus, yang juga membawa kayu gelondongan serta bebatuan dari telaga di atas gunung. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengirimkan tiga tenda peleton, 80 tenda keluarga, 200 lembar tenda gulung, 60 tempat tidur darurat, 500 paket pakaian, 150 paket perlengkapan bayi dan anak, 100 lembar tikar, 2.250 paket makanan siap saji dan 2.500 kilogram obat-obat dari Kementerian Kesehatan ke berbagai lokasi penanggulangan bencana.
Banjir bandang telah melumpuhkan Wasior secara total sehingga pencarian dan bantuan bagi para korban dilakukan melalui jalur laut. Akses terhadap wilayah tersebut melalui jalur transportasi darat dan udara terputus, demikian pula dengan saluran komunikasi dan pasokan listrik ke lokasi bencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar