mcent

Jumat, 12 Agustus 2011

Kisah Nyata: Guru Yang Jadi Pelacur Demi Murid dan Sekolahnya

Inilah kisah nyata seorang guru yang nekad menjadi pelacur demi murid-murid yang ia cintai. Gadis ini bernama Xia. Ia tinggal di desa kecil di provinsi Gan Shu. Awalnya dia bukan pelacur, setiap penduduk di desa tersebut tidak mengerti kenapa seorang gadis secantik Xia yang mempunyai paras tubuh yang indah dan wajah yang menawan tidak melakukan pekerjaan seperti gadis-gadis lainnya.
Suatu hari Xia mendengar bahwa sebuah sekolah di desanya membutuhkan jasa seorang guru. Xia langsung dengan sukarela menjadi guru di sekolah tersebut tanpa digaji. Hari pertama Xia masuk ke sekolah menjadi seorang guru, setiap murid kaget dan terpukau akan kecantikan guru baru mereka. Sejak saat itu kelas pun selalu penuh dengan canda tawa setiap murid.
Kelas mereka lebih layak untuk disebut sebagai tempat penampungan sebuah sekolah yang normal. Dalam kondisi kelas yang sekarat ini, Xia mengajarkan beribu-ribu kata dan pengetahuan lainnya kepada murid-muridnya.
Suatu hari, badai besar menghancurkan kelas mereka. Semua murid tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Lalu kepala sekolah datang ke kota untuk merundingkan hal tersebut dengan walikota yang mengurus budget (dana) bagian pendidikan agar memberikan sumbangan uang untuk membetulkan sekolah mereka. Namun kepala sekolah kembali dengan tangan kosong.
Kepala sekolah mengatakan kepada Xia bahwa walikota akan memberikan uang jika hanya Xia yang datang kepadanya dan meminta uang secara personal. Xia yang tidak pernah keluar dari desa akhirnya memutuskan untuk berangkat mengunjungi sang walikota.
Xia berjalan lebih dari 10 kilometer untuk sampai ke kantor sang walikota. Setibanya di kantor, sang walikota menyambut kedatangan Xia dengan sepasang mata pemburu yang haus akan tubuh Xia. Dia menunjuk ke arah sebuah ruangan dan mengatakan, "Uang kamu ada di kamar tersebut. Kalau kamu mau, kamu ikuti aku!"
Xia melihat sebuah ruangan dengan ranjang yang besar. Ranjang tersebutlah yang telah merenggut keperawanan Xia. Sang walikota telah memperkosanya. Darah segar dari keperawanannya telah meninggalkan bekas dan jejak di sprei berdarah merah tersebut. Xia tidak menangis sedikit pun. Yang ada dipikirannya adalah berpuluh-puluh mata muridnya yang akan kecewa kalau tidak ada kelas buat mereka belajar.
Setelah itu Xia bergegas balik ke rumahnya dan tidak memberi tahu kepada seorang pun tentang kejadian tersebut. Hari berikutnya, para penduduk membeli kayu dan membetulkan kondisi kelas. Akan tetapi kala ada hujan yang deras, kelas tersebut tetap tidak bisa di gunakan.
Pada saat semester baru berganti, banyak murid yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena biaya dan mereka harus membantu orangtuanya untuk bekerja. Jumlah muridnya berkurang dan terus bekurang. Xia sangat sedih akan kondisi seperti itu.
Saat berada di kamarnya, Xia membuka bajunya, dan melihat tubuh telanjangnya di depan cermin. Xia bersumpah akan memakai tubuhnya yang indah untuk mewujudkan impian dari murid-muridnya agar bisa kembali sekolah. Xia tahu semua gadis dari desa bekerja sebagai pelacur di kota untuk mencari uang dan itu cara yang gampang baginya. Dia membersihkan dirinya dan mengucapakan selamat tingal kepada kepala sekolah, ayah dan sekolah.
Dia mengikat rambutnya dengan kuncir dua dan berjalan menuju kota. Ketika dia berangkat ke kota, ayahnya tersenyum bangga akan tetapi kepala sekolah menangis, sedih akan pilihan yang Xia lakukan.
Malam itu, di dalam buku hariannya Xia menulis, "Sang walikota tidak bisa dibandingkan dengan tamu pertamanya yang lebih parah dan lebih kejam. Akan tetapi paling tidak tamunya telah membayar dan memberi uang."
Xia mengirimkan uang penghasilannya kepada kepala sekolah. Xia pun mengirit biaya untuk hidupnya dengan harapan bisa mengirim lebih banyak lagi ke kepala sekolah. Sang kepala sekolah menerima uang tersebut menggunakannya untuk membangun sekolah. Ketika setiap orang yang menanyakan sumber uang tersebut, sang kepala sekolah hanya menjawab bahwa uang itu didapat berkat donasi dari organisasi sosial.
Akan tetapi seiring waktu, penduduk mengetahui bahwa sumber dana tersebut berasal dari seorang mantan guru yang bernama Xia. Banyak reporter yang ingin meliputi berita ini, akan tetapi ditolak oleh Xia dengan alasan bahwa dia hanya seorang pelacur biasa.
Dengan uang tersebut, sekolah telah berubah drastis. Bulan pertama, ada papan tulis baru. Bulan ke-dua, ada bangku kayu dan bangku. Bulan ke-tiga, setiap murid mempunyai buku masing masing. Bulan ke-empat, setiap murid mempunyai dasi masing-masing. Bulan ke-lima, tidak ada seorang murid pun yang datang ke sekolah tanpa alas kaki.
Bulan ke-enam, Xia kembali mengunjungi sekolah. Xia disambut dengan gembira. Melihat kegembiraan murid-muridnya, Xia tidak kuasa menahan tangis. Xia merasakan semua kisah sedih dan penderitaannya itu sangat seimbang dan pantas untuk harga yang dia bayar.
Setelah beberapa hari di rumah, Xia kembali ke kota. Pada bulan ke-tujuh, sekolah telah mempunyai lapangan bermain yang baru. Pada bulan ke-delapan, sekolah membangun lapangan basket, pada bulan ke-sembilan, setiap murid mempunyai pensil yang baru. Pada bulan ke-sepuluh, sekolah mempunyai bendera nasional sendiri, setiap murid bisa menaikkan bendera setiap harinya.
Hingga suatu waktu Xia dikenalkan kepada seorang pengusaha asing yang bersedia membayar mahal untuk bercinta satu malam. Xia pun bersumpah bahwa itu adalah pekerjaan kotor yang terakhir baginya. Setelah itu dia akan kembali ke desa dan hidup bersama murid-muridnya di sekolah.
Akan tetapi nasib berkata lain. Sungguh tragis apa yang telah terjadi malam itu. Xia diperkosa dan disiksa hingga terbunuh oleh 3 pengusaha asing tersebut. Xia baru saja bertambah umurnya menjadi 21 tahun. Namun saat itu juga ia meninggal tanpa mencapai keinginannya yang terakhir, yaitu membangun satu kelas bagus dengan 2 komputer yang bisa digunakan oleh murid-murid.
Saat itu langit masih berwarna biru seperti lautan. Para murid, guru dan ratusan penduduk menghadiri acara pemakaman Xia di desa kecil bernama 'GanShu'. Saat itu, semua hanya bisa melihat foto hitam putih Xia. Dalam foto itu Xia mengikat rambutnya dengan senyuman bahagia. Kepala sekolah membuka buku harian Xia dan membacakannya di depan para murid. Xia menulis, "Sekali melacur, bisa membantu satu anak yang tidak bisa sekolah. Sekali menjadi wanita simpanan, bisa membangun sebuah sekolah yang telah hilang harapan". Bendera setengah tiang pun dikibarkan.
(Opung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar