Kabar terbaru dan kondisi terkini dari aktivitas Gunung Bromo di Jawa Timur. Seluruh personel Satgana PMI telah bersiaga 24 jam mengamati perkembangan status dan kondisi visual Gunung Bromo. Status Gunung Bromo pun telah meningkat dari "Siaga" (level II) menjadi "Awas" (level IV) pada hari Selasa tanggal 23 November 2010 sore pukul 16.30 WIB. Demikian informasi yang disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dalam situsnya. Sebelumnya, status gunung yang tinggi puncaknya mencapai 2.329 meter di atas permukaan laut ini baru ditingkatkan dari Waspada menjadi Siaga pada Selasa pagi pukul 08.00 WIB.
PMI Kabupaten Probolinggo dan PMI Kabupaten Lumajang juga telah menyiagakan 60 personel Satuan Penanganan Bencana (Satgana), 2 unit ambulans, 1.000 unit masker, 4 unit tenda peleton, dan 3 set layanan dapur umum. "Dari laporan di Posko PMI Kabupaten Probolinggo, sejak sore ini memang terjadi gempa tremor secara terus-menerus. Ada embusan asap putih dari bibir kawah. PMI Kabupaten Probolinggo segera siaga," ujar Kepala Markas PMI Kabupaten Lumajang Suryadi di Probolinggo, dalam siaran pers pada Selasa (23/11/2010) malam.
Kesiapsiagaan respons tanggap darurat bencana juga dilakukan PMI Kabupaten Lumajang. Anggota staf Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Lumajang, Rahul Arifin, menyampaikan bahwa mereka segera bersiap menghadapi bencana.
Sementara itu, kendati status Gunung Bromo telah ditetapkan berstatus "Awas" sejak Selasa sore tanggal 23 Nopember 2010, namun warga di sekitarnya masih beraktivitas seperti biasa. Warga Desa Ngadisari yang kebanyakan bermata pencarian bertani juga masih turun ke ladang. Newi (63), warga Dukuh Dokaluh, Desa Ngadisari, Rabu (24/11/2010) pagi, mengatakan, kemarin abu dan asap dari kawah Bromo sempat naik dan terlihat kekuningan. "Tapi mboten nopo-nopo, aman. Asepe mboten bahaya (Tidak apa-apa, aman. Asapnya tidak bahaya)," tuturnya.
Rohman (20), warga Desa Gadungan, juga terus bekerja seperti biasa. Rabu pagi, dia menyemprotkan pestisida di tanaman kubis yang mulai tumbuh di ladang Newi. Menurut Newi, warga merasa aman dengan Gunung Bromo. Sebab, setiap Jumat legi, warga membuat selamatan kecil-kecilan dengan jenang dan tamping (tumpeng kecil).
Kegiatan gempa vulkanik dalam (VA) dan gempa vulkanik dangkal (VB) secara fluktuatif terus meningkat. Sejak tanggal 8 November 2010, tremor vulkanik mulai tercatat. Tanggal 23 November 2010, pukul 03.00 WIB, gempa tremor menerus dengan amplitudo maksimum 10-15 mm dan dominasi 11 mm. Pukul 06.51 WIB, gempa tremor menerus terjadi dengan amplitudo maksimum 15 mm. Sejak pukul 15.40, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo maksimum 30 mm.
Sehubungan dengan status "Awas" ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan, antara lain, agar masyarakat di sekitar Bromo tenang dan tidak terpancing isu-isu tentang letusan Bromo. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (BPBD) dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo (selaku Satlak PB) mengenai aktivitas Bromo.
Selain itu, guna mengurangi risiko bencana erupsi Bromo, masyarakat dan pengunjung atau wisatawan atau pendaki tidak diperbolehkan mendekat dalam radius 3 km dari kawah aktif. Area kaldera lautan pasir dalam radius 2,5 km dari kawah aktif harus steril dan tertutup dari aktivitas masyarakat dan wisata.
Kendati lokasi wisata yang berupa lautan pasir di sekitar Gunung Bromo juga ditutup untuk warga ataupun pengunjung. Namun, ratusan wisatawan domestik dan asing masih bisa menikmati Gunung Bromo. Rabu tanggal 24 November 2010, puluhan wisatawan asal Kalimantan Timur, Jakarta, dan Bogor mengamati Gunung Bromo dari Penanjakan, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Demikian pula puluhan wisatawan asal Belanda dan beberapa negara lain menikmati keindahan Gunung Bromo dan berfoto dengan latar gunung yang dianggap sakral. Agus (35), warga Surabaya, mengunjungi Gunung Bromo bersama enam rekannya asal Jakarta. "Sambil survei proyek di Probolinggo, jalan ke sini," ujarnya. Sementara Mudhori (50), warga Kutai Kertanegara, menikmati wisata alam Gunung Bromo bersama lebih dari 60 rekan seasal. Sebelumnya mereka mengikuti kongres petugas tata usaha di Surabaya.
Tanpa rasa takut atau khawatir, para wisatawan ini pun ramai berbelanja kaus bergambar Gunung Bromo. "Kami tidak takut, kan sudah ada pemandu. Lagipula tidak mendekat ke kawah," tambah Mudhori. Kendati demikian, masih ada saja yang menantang bahaya dan memasuki lautan pasir. Sebanyak 4 turis asal Belgia bahkan menaiki tangga ke bibir kawah. Polisi pun menghalau mereka bersama beberapa penjual bakso, penyewa jasa kuda, tukang bangunan, serta wisatawan asal Jakarta.
penulis:Erlangga Djumena;editor:Erlangga Djumena, Heru Margianto, A. Wisnubrata, Opung;foto:kaskus
Kesiapsiagaan respons tanggap darurat bencana juga dilakukan PMI Kabupaten Lumajang. Anggota staf Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Lumajang, Rahul Arifin, menyampaikan bahwa mereka segera bersiap menghadapi bencana.
Sementara itu, kendati status Gunung Bromo telah ditetapkan berstatus "Awas" sejak Selasa sore tanggal 23 Nopember 2010, namun warga di sekitarnya masih beraktivitas seperti biasa. Warga Desa Ngadisari yang kebanyakan bermata pencarian bertani juga masih turun ke ladang. Newi (63), warga Dukuh Dokaluh, Desa Ngadisari, Rabu (24/11/2010) pagi, mengatakan, kemarin abu dan asap dari kawah Bromo sempat naik dan terlihat kekuningan. "Tapi mboten nopo-nopo, aman. Asepe mboten bahaya (Tidak apa-apa, aman. Asapnya tidak bahaya)," tuturnya.
Rohman (20), warga Desa Gadungan, juga terus bekerja seperti biasa. Rabu pagi, dia menyemprotkan pestisida di tanaman kubis yang mulai tumbuh di ladang Newi. Menurut Newi, warga merasa aman dengan Gunung Bromo. Sebab, setiap Jumat legi, warga membuat selamatan kecil-kecilan dengan jenang dan tamping (tumpeng kecil).
Kegiatan gempa vulkanik dalam (VA) dan gempa vulkanik dangkal (VB) secara fluktuatif terus meningkat. Sejak tanggal 8 November 2010, tremor vulkanik mulai tercatat. Tanggal 23 November 2010, pukul 03.00 WIB, gempa tremor menerus dengan amplitudo maksimum 10-15 mm dan dominasi 11 mm. Pukul 06.51 WIB, gempa tremor menerus terjadi dengan amplitudo maksimum 15 mm. Sejak pukul 15.40, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo maksimum 30 mm.
Sehubungan dengan status "Awas" ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan, antara lain, agar masyarakat di sekitar Bromo tenang dan tidak terpancing isu-isu tentang letusan Bromo. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (BPBD) dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo (selaku Satlak PB) mengenai aktivitas Bromo.
Selain itu, guna mengurangi risiko bencana erupsi Bromo, masyarakat dan pengunjung atau wisatawan atau pendaki tidak diperbolehkan mendekat dalam radius 3 km dari kawah aktif. Area kaldera lautan pasir dalam radius 2,5 km dari kawah aktif harus steril dan tertutup dari aktivitas masyarakat dan wisata.
Kendati lokasi wisata yang berupa lautan pasir di sekitar Gunung Bromo juga ditutup untuk warga ataupun pengunjung. Namun, ratusan wisatawan domestik dan asing masih bisa menikmati Gunung Bromo. Rabu tanggal 24 November 2010, puluhan wisatawan asal Kalimantan Timur, Jakarta, dan Bogor mengamati Gunung Bromo dari Penanjakan, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Demikian pula puluhan wisatawan asal Belanda dan beberapa negara lain menikmati keindahan Gunung Bromo dan berfoto dengan latar gunung yang dianggap sakral. Agus (35), warga Surabaya, mengunjungi Gunung Bromo bersama enam rekannya asal Jakarta. "Sambil survei proyek di Probolinggo, jalan ke sini," ujarnya. Sementara Mudhori (50), warga Kutai Kertanegara, menikmati wisata alam Gunung Bromo bersama lebih dari 60 rekan seasal. Sebelumnya mereka mengikuti kongres petugas tata usaha di Surabaya.
Tanpa rasa takut atau khawatir, para wisatawan ini pun ramai berbelanja kaus bergambar Gunung Bromo. "Kami tidak takut, kan sudah ada pemandu. Lagipula tidak mendekat ke kawah," tambah Mudhori. Kendati demikian, masih ada saja yang menantang bahaya dan memasuki lautan pasir. Sebanyak 4 turis asal Belgia bahkan menaiki tangga ke bibir kawah. Polisi pun menghalau mereka bersama beberapa penjual bakso, penyewa jasa kuda, tukang bangunan, serta wisatawan asal Jakarta.
penulis:Erlangga Djumena;editor:Erlangga Djumena, Heru Margianto, A. Wisnubrata, Opung;foto:kaskus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar