Anggota Komisi III DPR, Ahmad Yani angkat bicara, menilai kasus dugaan suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI Miranda Goeltom, yang menjerat 26 mantan anggota DPR 1999-2004, ganjil. Menurut politikus PPP ini, para tersangka yang diduga menerima suap sudah ditahan, tetapi mengapa sosok si penyuap masih misteri hingga saat ini. Hal itu dikatakan Yani saat akan meninggalkan LP Cipinang, Jakarta Timur, Sabtu (29/1/2011).
"Yang menjadi persoalan di sini adalah bahwa penyuapnya belum ditahan. Dan perantara penyuap pun belum dijadikan tersangka. Ini kan merupakan hal yang cukup ganjil," katanya setelah mengunjungi politikus PPP yang juga mantan Menteri Sosial, Bachtiar Chamsyah, yang juga ditahan di LP Cipinang.
Oleh karena itu, ia menduga ada konspirasi dalam kasus ini. "Saya kira ada relevansinya, ada orang yang melihat sebagai konspirasi ke arah sana, ada hubung-menghubung. Jadi, fakta-fakta itu yang saya kira butuh dijelaskan KPK dalam rapat dengar pendapat Senin besok dengan Komisi III DPR," ujarnya. Selain itu, ia juga mempertanyakan, gerak KPK dalam penanganan kasus ini, yang baru dilakukan setelah Kejaksaan Agung mengeluarkan deponeering atas kasus yang melibatkan dua unsur pimpinan KPK, Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah.
"Saya bingung kenapa kasusnya begitu lama dan kenapa juga KPK baru menyajikan beberapa hari setelah empat hari pimpinan KPK Bibit-Chandra mendapat bonus deponeering. Saya rasa orang bisa mengorelasikan ada hubungan tali-temali seperti itu," kata Yani.
Sementara itu, Mathias Formes dan rekan-rekan sekoleganya dari PDI Perjuangan yang turut menjadi tersangka dalam kasus dugaan suap pemenangan Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, dan ditahan di Rutan Cipinang, rupanya sempat mengeluhkan kondisi "rumah" baru mereka. Pasalnya, kondisi rutan tersebut jauh lebih buruk dari rumah asli yang biasa mereka tempati sehari-hari.
"Tapi karena semalam mereka sudah tidur nyenyak dan mimpi indah, mereka sudah biasa sekarang," ujar kuasa hukum Mathias Formes, Petrus Selestinus, seusai menjenguk di Rutan Cipinang, Jakarta, Sabtu (29/1/2011). Petrus adalah penasihat hukum tujuh tersangka kasus dugaan suap pemenangan Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI). Para kliennya di antaranya Engelina Pattiasina, Matheos Formes, Soetanto Pranoto, M Iqbal, Poltak Sitorus, dan Ni Luh Mariani.
Menurut Petrus, saat ditemuinya, klien-kliennya itu dalam kondisi sehat dan bugar. Di antara mereka ada yang meringkuk di satu sel yang sama, yaitu di sel lantai 2 kamar nomor 12. Mereka adalah Soetanto Pranoto dan Poltak Sitorus. Petrus mengatakan, klien-kliennya itu relatif sudah mulai dapat menerima kenyataan bahwa mereka kini harus menetap di "rumah" barunya itu. Mereka sudah mulai bisa beradaptasi dan menikmati lingkungan di sekitarnya. Di antara mereka pun menghabiskan hari pertama dengan kesibukan masing-masing.
Istri Panda Nababan, Riama Purba Nababan, tetap tersenyum kepada wartawan saat tiba di Rumah Tahanan Salemba, untuk menjenguk suaminya, Sabtu (29/1/2011). Ia mengaku siap menghadapi penahanan Panda yang menjadi tersangka kasus dugaan suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom. Panda resmi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi sejak Jumat (19/1/2011) malam. "Enggak apa-apa, sudah biasa, sudah siap. Dari dulu juga sudah (siap)" kata Riama, yang mengenakan baju berwarna merah muda dengan motif bunga, saat menunggu di depan Rutan Salemba.
Riama juga mengatakan, ia sudah menduga penahanan ini akan terjadi sejak mencuatnya kasus ini. "Sudah tahu akan begini, jadinya sudah biasa," kata Riama sambil tersenyum. Ia datang bersama anak perempuan dan menantu laki-lakinya. Mereka datang dengan mengendarai mobil Vellfire warna hitam bernomor polisi B 1971 dan Kijang Innova hitam berpelat merah B 2759 BQ. Selain Panda, lima tersangka yang lain adalah Soewarno, Baharuddin Aritonang, Nurlief, Asep Ruhiyat, dan Reza Kamarullah, juga ditahan di Rutan Salemba.
Mendekam di rumah tahanan ternyata tak membuat politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Panda Nababan meninggalkan rutinitas kegemarannya, berolahraga. Putra Panda, Putra Nababan yang merupakan presenter berita di RCTI mengatakan, ayahnya tetap melakukan rutinitas olahraga pagi di rumah tahanan. Panda, kata Putra, dalam kondisi baik dan sehat. Obrolan pun, menurutnya, berlangsung santai.
"Ayah saya baik-baik saja, sehat. Bahkan beliau santai-santai saja. Kami bercerita banyak tentang kondisi hari ini, seputar berita-berita luar negeri juga. Apalagi Bapak juga wartawan dulu, kami banyak ngobrol masalah pribadi saja," ujar Putra, saat akan meninggalkan Rutan Salemba, Jakarta Pusat, seusai menjenguk ayahnya, Sabtu (29/1/2011).
"Bapak sempat juga olahraga pagi ini pakai sandal jepit. Ketawa-tawa terus kok. Saya ke sini murni untuk melayani bapak saya, sebagai seorang anak," lanjutnya.
Selain itu, Panda juga bertanya kabar cucu-cucunya. Ketika ditanya seputar penahanan Panda, Putra enggan berkomentar lebih jauh. "Kami mendukung Bapak saat ini. Jadi enggak mikirin soal partai dan lain-lain. Saya fokus untuk ibu saya, dan adik-adik saya saja. Soal langkah hukum tanya sama pengacara bapak saja," katanya.
(Opung);foto:tribunnews
Oleh karena itu, ia menduga ada konspirasi dalam kasus ini. "Saya kira ada relevansinya, ada orang yang melihat sebagai konspirasi ke arah sana, ada hubung-menghubung. Jadi, fakta-fakta itu yang saya kira butuh dijelaskan KPK dalam rapat dengar pendapat Senin besok dengan Komisi III DPR," ujarnya. Selain itu, ia juga mempertanyakan, gerak KPK dalam penanganan kasus ini, yang baru dilakukan setelah Kejaksaan Agung mengeluarkan deponeering atas kasus yang melibatkan dua unsur pimpinan KPK, Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah.
"Saya bingung kenapa kasusnya begitu lama dan kenapa juga KPK baru menyajikan beberapa hari setelah empat hari pimpinan KPK Bibit-Chandra mendapat bonus deponeering. Saya rasa orang bisa mengorelasikan ada hubungan tali-temali seperti itu," kata Yani.
Sementara itu, Mathias Formes dan rekan-rekan sekoleganya dari PDI Perjuangan yang turut menjadi tersangka dalam kasus dugaan suap pemenangan Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, dan ditahan di Rutan Cipinang, rupanya sempat mengeluhkan kondisi "rumah" baru mereka. Pasalnya, kondisi rutan tersebut jauh lebih buruk dari rumah asli yang biasa mereka tempati sehari-hari.
"Tapi karena semalam mereka sudah tidur nyenyak dan mimpi indah, mereka sudah biasa sekarang," ujar kuasa hukum Mathias Formes, Petrus Selestinus, seusai menjenguk di Rutan Cipinang, Jakarta, Sabtu (29/1/2011). Petrus adalah penasihat hukum tujuh tersangka kasus dugaan suap pemenangan Miranda Swaray Gultom sebagai Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI). Para kliennya di antaranya Engelina Pattiasina, Matheos Formes, Soetanto Pranoto, M Iqbal, Poltak Sitorus, dan Ni Luh Mariani.
Menurut Petrus, saat ditemuinya, klien-kliennya itu dalam kondisi sehat dan bugar. Di antara mereka ada yang meringkuk di satu sel yang sama, yaitu di sel lantai 2 kamar nomor 12. Mereka adalah Soetanto Pranoto dan Poltak Sitorus. Petrus mengatakan, klien-kliennya itu relatif sudah mulai dapat menerima kenyataan bahwa mereka kini harus menetap di "rumah" barunya itu. Mereka sudah mulai bisa beradaptasi dan menikmati lingkungan di sekitarnya. Di antara mereka pun menghabiskan hari pertama dengan kesibukan masing-masing.
Istri Panda Nababan, Riama Purba Nababan, tetap tersenyum kepada wartawan saat tiba di Rumah Tahanan Salemba, untuk menjenguk suaminya, Sabtu (29/1/2011). Ia mengaku siap menghadapi penahanan Panda yang menjadi tersangka kasus dugaan suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom. Panda resmi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi sejak Jumat (19/1/2011) malam. "Enggak apa-apa, sudah biasa, sudah siap. Dari dulu juga sudah (siap)" kata Riama, yang mengenakan baju berwarna merah muda dengan motif bunga, saat menunggu di depan Rutan Salemba.
Riama juga mengatakan, ia sudah menduga penahanan ini akan terjadi sejak mencuatnya kasus ini. "Sudah tahu akan begini, jadinya sudah biasa," kata Riama sambil tersenyum. Ia datang bersama anak perempuan dan menantu laki-lakinya. Mereka datang dengan mengendarai mobil Vellfire warna hitam bernomor polisi B 1971 dan Kijang Innova hitam berpelat merah B 2759 BQ. Selain Panda, lima tersangka yang lain adalah Soewarno, Baharuddin Aritonang, Nurlief, Asep Ruhiyat, dan Reza Kamarullah, juga ditahan di Rutan Salemba.
Mendekam di rumah tahanan ternyata tak membuat politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Panda Nababan meninggalkan rutinitas kegemarannya, berolahraga. Putra Panda, Putra Nababan yang merupakan presenter berita di RCTI mengatakan, ayahnya tetap melakukan rutinitas olahraga pagi di rumah tahanan. Panda, kata Putra, dalam kondisi baik dan sehat. Obrolan pun, menurutnya, berlangsung santai.
"Ayah saya baik-baik saja, sehat. Bahkan beliau santai-santai saja. Kami bercerita banyak tentang kondisi hari ini, seputar berita-berita luar negeri juga. Apalagi Bapak juga wartawan dulu, kami banyak ngobrol masalah pribadi saja," ujar Putra, saat akan meninggalkan Rutan Salemba, Jakarta Pusat, seusai menjenguk ayahnya, Sabtu (29/1/2011).
"Bapak sempat juga olahraga pagi ini pakai sandal jepit. Ketawa-tawa terus kok. Saya ke sini murni untuk melayani bapak saya, sebagai seorang anak," lanjutnya.
Selain itu, Panda juga bertanya kabar cucu-cucunya. Ketika ditanya seputar penahanan Panda, Putra enggan berkomentar lebih jauh. "Kami mendukung Bapak saat ini. Jadi enggak mikirin soal partai dan lain-lain. Saya fokus untuk ibu saya, dan adik-adik saya saja. Soal langkah hukum tanya sama pengacara bapak saja," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar