Proyek Banjir Kanal Medan atau Medan Flood Way yang dirancang mengendalikan banjir di Kota Medan, Rabu (5/1/2011) malam lalu ternyata tak mampu menampung debit air Sungai Deli. Akibatnya, meski sebagian debit air Sungai Deli bisa dilimpahkan ke Sungai Percut melalui Banjir Kanal Medan, volumenya jauh lebih sedikit dibanding aliran air yang tetap mengalir ke Sungai Deli.
Banjir kota Medan sejak Rabu hingga Kamis sore ini terjadi akibat luapan beberapa sungai yang mengaliri kota ini, yakni Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Belawan. Luapan Sungai Deli yang mengakibatkan banjir paling parah, karena alirannya melintasi sedikitnya sembilan dari 11 kecamatan yang terkena banjir.
Banjir Kanal Medan dibuat untuk mengalirkan sebagian debit air Sungai Deli ketika terjadi banjir ke Sungai Percut. Kapasitas maksimal air yang bisa dialirkan melalui Banjir Kanal Medan mencapai 150 meter kubik per detik.
Sebenarnya kapasitas maksimal Banjir Kanal Medan mengalirkan aliran Sungai Deli ke Sungai Percut mencapai 150 m3/dtk. Tetapi, jika tadi malam Banjir Kanal Medan mengalirkan aliran Sungai Deli hingga 150 m3 ke Sungai Percut, yang bakal terjadi adalah banjir di kawasan pinggiran wilayah yang dilalui Sungai Percut.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho mengaku kebanjiran pesan pendek dari warga sejak Kamis pagi, mempertanyakan mengapa banjir di kota Medan tetap terjadi, padahal proyek Banjir Kanal Medan telah selesai. "Karena pertanyaan warga itu, saya kemudian mengajak teman-teman dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II untuk meninjau langsung kondisi Medan Flood Way. Kondisinya memang seperti itu, masih terbatas mengalirkan aliran Sungai Deli," kata Gatot.
Kecamatan Medan Maimun merupakan wilayah yang paling menderita dan parah akibat meluapnya Sungai Deli. Enam kelurahan di Kecamatan Medan Maimun seluruhnya terendam banjir. Luapan Sungai Deli yang terjadi sejak Rabu (5/1/2011) malam sekitar pukul 21.30 hingga sore masih belum surut. Sekretaris Kecamatan Medan Maimun, Ody Prasetyo, mengakui, meski berada di tengah kota, wilayahnya terkena dampak paling buruk jika terjadi luapan Sungai Deli. "Kalau daerah lain belum banjir saja, Medan Maimun sudah pasti banjir," ujarnya, Kamis (6/1/2011).
Ody mengatakan, dari data sementara yang masuk ke pihaknya, di Kelurahan Kampung Baru ada 920 rumah terendam, di Kelurahan Jati 20 rumah terendam, di Kelurahan Sukaraja 138 rumah, di Kelurahan Aur 687 rumah, di Kelurahan Hamdan 430 rumah, dan Kelurahan Sei Mati 628 rumah. Salah seorang warga Gang Merdeka, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Rodiyah, menuturkan, banjir mulai menenggelamkan rumah warga pada Rabu malam sejak pukul 21.30. "Sampai pukul 02.00 dini hari, air sudah setinggi lutut di loteng rumah saya. Enggak ada lagi yang bisa kami selamatkan karena air pun sudah mencapai lantai dua rumah kami," ujar Rodiyah.
Salah seorang warga yang tinggal di Kompleks Menan, Kelurahan Sei Mati, Benhur, menuturkan, hanya dua jam setelah hujan deras turun ketinggian air sudah mencapai 2,5 meter. Air sudah sampai atap rumah hanya dua jam setelah hujan deras mulai turun pukul 21.30. "Melihat kecepatan air yang tiba-tiba itu, kami sudah tak berpikir apa-apa lagi, kecuali menyelamatkan diri," ujar Benhur, yang mengaku hanya membawa baju yang dikenakan saat itu.
Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin mengatakan, ada 11 kecamatan di Medan yang dilalui aliran tiga sungai. Ketiga sungai ini meluap sehingga wilayah yang terendam ada di 11 kecamatan. "Kami belum bisa menghitung dengan pasti kerugian akibat banjir ini," ujarnya. Dia mengatakan, banjir besar sebelum ini memang sudah pernah terjadi pada tahun 2002. "Tetapi, tampaknya memang tidak sebesar banjir kali ini," katanya. Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa akibat banjir di Medan ini.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Medan menyiagakan ratusan petugas kesehatan guna mengantisipasi adanya korban banjir yang melanda daerah itu sejak Kamis dini hari akibat meluapnya Sungai Deli dan Sungai Babura. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dr Edwin Effendi di Medan, Kamis (6/1/2011), mengatakan, sesuai instruksi wali kota, pihaknya telah menyiagakan petugas medis dari institusi tersebut guna menanggulangi adanya masyarakat yang menjadi korban banjir.
Petugas medis tersebut disiagakan di 14 posko yang telah didirikan di beberapa titik di Kota Medan yang terkena banjir, seperti di kawasan Medan Maimun, Kampung Lalang, dan Medan Sunggal. "Sebanyak 14 posko tersebut sudah kita dirikan di beberapa titik yang terkena banjir cukup besar, juga dilengkapi dengan obat-obatan medis lainnya jika diperlukan," katanya.
Edwin mengatakan, obat-obatan yang disiapkan di masing-masing posko tersebut terdiri dari berbagai jenis, seperti obat pencegahan gangguan kulit untuk gatal-gatal dan penyakit diare. "Di lokasi tersebut, kita juga melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh warga yang mengungsi akibat rumahnya terendam banjir. Jika dalam pemeriksaan tersebut diperlukan tindakan medis lanjutan, warga tersebut akan kita rujuk ke rumah sakit pemerintah dan swasta," katanya.
Lebih jauh, Edwin mengatakan, pihaknya juga telah menginstruksikan ke sejumlah pusat layanan kesehatan di daerah itu baik rumah sakit maupun puskesmas dan semua petugas medis agar melakukan tugasnya dengan baik dan semaksimal mungkin melayani masyarakat yang terkena musibah.
Pihaknya juga mengintruksikan rumah sakit dan puskesmas yang berada di sekitar wilayah yang terkena banjir untuk siaga 24 jam dengan batas waktu yang tidak ditentukan, menunggu kondisi selanjutnya. "Kita lihat seperti apa nantinya kondisi pascabanjir ini, jika semuanya sudah tidak ada masalah, tim medis akan kita tarik. Tapi untuk sementara, mereka kita tugaskan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan masyarakat," kata Edwin.
penulis:Khaerudin;editor:I Made Asdhiana, Marcus Suprihadi;sumber:Antara;foto:Tribun Medan/Taufan Wijaya
Banjir Kanal Medan dibuat untuk mengalirkan sebagian debit air Sungai Deli ketika terjadi banjir ke Sungai Percut. Kapasitas maksimal air yang bisa dialirkan melalui Banjir Kanal Medan mencapai 150 meter kubik per detik.
Sebenarnya kapasitas maksimal Banjir Kanal Medan mengalirkan aliran Sungai Deli ke Sungai Percut mencapai 150 m3/dtk. Tetapi, jika tadi malam Banjir Kanal Medan mengalirkan aliran Sungai Deli hingga 150 m3 ke Sungai Percut, yang bakal terjadi adalah banjir di kawasan pinggiran wilayah yang dilalui Sungai Percut.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho mengaku kebanjiran pesan pendek dari warga sejak Kamis pagi, mempertanyakan mengapa banjir di kota Medan tetap terjadi, padahal proyek Banjir Kanal Medan telah selesai. "Karena pertanyaan warga itu, saya kemudian mengajak teman-teman dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II untuk meninjau langsung kondisi Medan Flood Way. Kondisinya memang seperti itu, masih terbatas mengalirkan aliran Sungai Deli," kata Gatot.
Kecamatan Medan Maimun merupakan wilayah yang paling menderita dan parah akibat meluapnya Sungai Deli. Enam kelurahan di Kecamatan Medan Maimun seluruhnya terendam banjir. Luapan Sungai Deli yang terjadi sejak Rabu (5/1/2011) malam sekitar pukul 21.30 hingga sore masih belum surut. Sekretaris Kecamatan Medan Maimun, Ody Prasetyo, mengakui, meski berada di tengah kota, wilayahnya terkena dampak paling buruk jika terjadi luapan Sungai Deli. "Kalau daerah lain belum banjir saja, Medan Maimun sudah pasti banjir," ujarnya, Kamis (6/1/2011).
Ody mengatakan, dari data sementara yang masuk ke pihaknya, di Kelurahan Kampung Baru ada 920 rumah terendam, di Kelurahan Jati 20 rumah terendam, di Kelurahan Sukaraja 138 rumah, di Kelurahan Aur 687 rumah, di Kelurahan Hamdan 430 rumah, dan Kelurahan Sei Mati 628 rumah. Salah seorang warga Gang Merdeka, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Rodiyah, menuturkan, banjir mulai menenggelamkan rumah warga pada Rabu malam sejak pukul 21.30. "Sampai pukul 02.00 dini hari, air sudah setinggi lutut di loteng rumah saya. Enggak ada lagi yang bisa kami selamatkan karena air pun sudah mencapai lantai dua rumah kami," ujar Rodiyah.
Salah seorang warga yang tinggal di Kompleks Menan, Kelurahan Sei Mati, Benhur, menuturkan, hanya dua jam setelah hujan deras turun ketinggian air sudah mencapai 2,5 meter. Air sudah sampai atap rumah hanya dua jam setelah hujan deras mulai turun pukul 21.30. "Melihat kecepatan air yang tiba-tiba itu, kami sudah tak berpikir apa-apa lagi, kecuali menyelamatkan diri," ujar Benhur, yang mengaku hanya membawa baju yang dikenakan saat itu.
Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin mengatakan, ada 11 kecamatan di Medan yang dilalui aliran tiga sungai. Ketiga sungai ini meluap sehingga wilayah yang terendam ada di 11 kecamatan. "Kami belum bisa menghitung dengan pasti kerugian akibat banjir ini," ujarnya. Dia mengatakan, banjir besar sebelum ini memang sudah pernah terjadi pada tahun 2002. "Tetapi, tampaknya memang tidak sebesar banjir kali ini," katanya. Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa akibat banjir di Medan ini.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Medan menyiagakan ratusan petugas kesehatan guna mengantisipasi adanya korban banjir yang melanda daerah itu sejak Kamis dini hari akibat meluapnya Sungai Deli dan Sungai Babura. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dr Edwin Effendi di Medan, Kamis (6/1/2011), mengatakan, sesuai instruksi wali kota, pihaknya telah menyiagakan petugas medis dari institusi tersebut guna menanggulangi adanya masyarakat yang menjadi korban banjir.
Petugas medis tersebut disiagakan di 14 posko yang telah didirikan di beberapa titik di Kota Medan yang terkena banjir, seperti di kawasan Medan Maimun, Kampung Lalang, dan Medan Sunggal. "Sebanyak 14 posko tersebut sudah kita dirikan di beberapa titik yang terkena banjir cukup besar, juga dilengkapi dengan obat-obatan medis lainnya jika diperlukan," katanya.
Edwin mengatakan, obat-obatan yang disiapkan di masing-masing posko tersebut terdiri dari berbagai jenis, seperti obat pencegahan gangguan kulit untuk gatal-gatal dan penyakit diare. "Di lokasi tersebut, kita juga melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh warga yang mengungsi akibat rumahnya terendam banjir. Jika dalam pemeriksaan tersebut diperlukan tindakan medis lanjutan, warga tersebut akan kita rujuk ke rumah sakit pemerintah dan swasta," katanya.
Lebih jauh, Edwin mengatakan, pihaknya juga telah menginstruksikan ke sejumlah pusat layanan kesehatan di daerah itu baik rumah sakit maupun puskesmas dan semua petugas medis agar melakukan tugasnya dengan baik dan semaksimal mungkin melayani masyarakat yang terkena musibah.
Pihaknya juga mengintruksikan rumah sakit dan puskesmas yang berada di sekitar wilayah yang terkena banjir untuk siaga 24 jam dengan batas waktu yang tidak ditentukan, menunggu kondisi selanjutnya. "Kita lihat seperti apa nantinya kondisi pascabanjir ini, jika semuanya sudah tidak ada masalah, tim medis akan kita tarik. Tapi untuk sementara, mereka kita tugaskan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan masyarakat," kata Edwin.
penulis:Khaerudin;editor:I Made Asdhiana, Marcus Suprihadi;sumber:Antara;foto:Tribun Medan/Taufan Wijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar